Ujian Lisan Matematika Perguruan Tinggi: Suatu Alternatif Teknik Penilaian
Persiapan untuk ujian lisan adalah suatu cara alternative bagi mahasiswa untuk belajar matematika dengan bekerja sama di dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah. Perubahan pengajaran matematika di perguruan tinggi sedang ditekanankan pada kemampuan untuk mengkomunikasikan ide baik secara lisan maupun tulisan. Pengajar dapat menanyakan pertanyaan penyelidikan yang tidak selalu mungkin dengan ujian tertulis tradisional.
BACKGROUND AND PURPOSE
Karena kegunaannya yang sangat besar, pendaftaran mahasiswa matematika biasanya paling banyak dari pada berbagai mata pelajaran lainnya di perguruan tinggi atau universitas. Pada saat yang sama, rata-rata penarikan kembali dan kegagalan di dalam perkualiahan matematika juga paling tinggi dibandingkan dengan perkualiahan yang lain. Alasannya dapat bergerak dari kurangnya persiapan matematika pada tingkat sekolah sampai kurangnnya atau tidak cukupnya pengajaran dan latihan penilaian di perguruan tinggi atau universitas. Konsekuensinya, banyak mahasiswa yang mendaftar pada perkualiahan matematika di perguruan tinggi berada pada level sekolah tinggi.
Aljabar perguruan tinggi biasanya merupakan perkuliahan matematika level pertama pada perguruan tinggi yang mempersiapkan mahasiswa untuk kerja lebih lanjut dalam mata pelajaran matematika dan berbagai mata pelajaran utama lainnya, dan oleh karena itu menjadi tuntutan yang sangat besar. Selain membagi perkuliahan menjadi dua, departemen matematika sudah memeriksa penggunaan berbagai pengajaran dan teknik penilaian dalam perkuliahan ini. Satu teknik penilaian, yang digunakan bersama dengan yang lain yang telah dibuktikan efektif oleh Bowling Green State University (Firelands) adalah teknik ujian lisan. Aktivitas di dalam kelas harus mendorong mahasiswa untuk mengekpresikan pendekatan mereka, baik secara lisan maupun tulisan. Mahasiswa harus menggunakan matematika sebagai kegiatan manusia, mereka harus bekerja bersama dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah sebaik mungkin untuk memperdebatkan,…pendekatan mereka ….dan strategi.
Di Bowling Green State (Firelands), ujian lisan dilaksanakan dengan cara sebagai berikut. Mahasiswa diberikan sejumlah masalah yang pasti melebihi waktu untuk memecahkannya secara bersama-sama. Kemudian mahasiswa secara individu, mempersentasikan solusinya (dengan menulis di papan dan secara lisan), dan menjawab pertanyaan penyelidikan dari pengajar. Ujian lisan dapat menyediakan kesempatan untuk mencapai tingkat berpikir tinggi dan memecahkan masalah kontekstual. Hal ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengkomunikasikan apa yang mereka ketahui, termasuk miskonsepsinya dan bagian yang sulit, dan untuk mengalamatkan kesulitan-kesulitan itu secara langsung.
METHOD
Setting untuk proyek ini adalah kelas Aljabar Perguruan Tinggi pada sebuah cabang kampus dari sebuah universitas negeri di Midwest. Di sana terdapat 21 mahasiswa dan perkuliahan ini disyaratkan untuk menyiapkan mereka untuk kerja lebih lanjut dalam matematika dan berbagai mata pelajaran utama lainnya. Mahasiswa menerima suatu orientasi tentang bagaimana bekerja secara kooperatif pada awal semester. Kelompok-kelompok (bertiga) diseleksi secara pribadi untuk mengakomodasi skedul mahasiswa. Mereka mengisi lembaran tanda tangan yang memuat informasi tentang waktu dan tempat diadakannya ujian lisan. Selain itu, masing-masing mahasiswa disiapkan dengan garis pedoman yang menjelaskan bagaimana mahasiswa harus mempersiapkan ujian, bagaimana mereka harus mengikuti ujian, dan bagaimana mereka akan digolong-golongkan. Masalah-masalah sepuluh, berdasarkan pada suatu unit perkuliahan akan diberikan kepada mahaiswa satu minggu lebih dahulu dari hari ujian. Masalah-masalah adalah soal-soal rutin yang memperbolehkan pengajar untuk menanyakan kepada mahasiswa pertanyaan-pertanyaan penyelidikan. Mahasisw diperbolehkan mendapatkan bantuan selama persiapan.
Ujian lisan dilaksanakan dalam ruang kelas regular, tetapi di luar waktu regular. Hanya satu kelompok (dari tiga mahasiswa) diizinkan berada dalam ruang kelas pada waktu yang ditentukan. Masing-masing mahasiwa dalam kelompok secara random memilih kartu (memuat banyaknya masalah yang disiapkan sebelumnya). Angota-anggota dalam kelompok kemudian mengerjakan masalahnya di papan pada waktu yang sama. Ketika seorang mahasiswa selesai mengerjakannya, dia menjelaskan setiap langkah kepada saya. Saya selalu mengikuti penjelasan dengan berbagai pertanyaan seperti:
1. Mengapa Anda melakukan hal itu?
2. Manakah cara lain (jika banyak) yang dapat Anda lakukan untuk menyelesaikan masalah yang sama?
3. Apakah solusi Anda masuk akal? Dan sebagainya.
Ketika seorang mahasiswa tidak dapat menjawab pertanyaan saya, anggota lain dalam kelompok dapat membantu. Masing-masing kelompok diberi waktu kira-kira 30 menit untuk ujian ini. Waktu ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengerjakan 2-3 masalah. Pada seluruh sesi pemecahan masalah, saya mencatat pernyataan dan tindakan mahasiswa. Saya mencatat berapa banyak masalah yang masing-masing mahasiswa coba, selesaikan, yang meminta dan menerima bantuan, dan lainnya. Pada akhir ujian, saya meninjau kembali catatan saya, mengomentari, bentuk evaluasi kelompok kerja mahasiswa (Group-Work Evaluation Form), dan memberi points, bersama dengan komentar positif seperti “pekerjaannya baik, pertahankan”. Alokasi 20% untuk usaha kelompok diindikasikan dan diukur dengan (1) analisis jawaban dengan Group-Work Evaluation Form, (2) seberapa baik anggota kelompok dapat membantu seorang anggota yang bermasalah selama ujian lisan, dan (3) jika masing-masing anggota menjawab semua pertanyaan dengan benar, dan tidak pernah membutuhkan pertolongan dari anggota atau saya. Alokasi pada tingkat ini dimaksudkan untuk mendorong usaha kelompok. Dorongan untuk usaha kelompok ini didukung oleh Hagelgans ketika dia mengatakan “suatu rencana penilaian mengembangkan belajar melalui interaksi kelompok dan juga mempertahankan tanggung jawab mahasiswa dalam belajar individual. Kita bersma-sama mengalamatkan berbagai miskonspesi dan mendiskusikan solusi yang tepat untuk masalah-masalah sulit untuk mahasiswa. Masing-masing mahasiswa mengisi Survey Ujian Lisan (Oral Examination Survey) pada saat mengakhiri ujian.
FINDINGS
Tanggapan mahasiswa terhadap ujian lisan diperoleh dari Oral Examination Survey dan observasi pengajar. Ringkasan berikut merupakan keuntungan dan kerugian umum metode ujian lisan seperti dilaporkan mahasiswa
Students’ Oral Examination Survey:
Keuntungan:
1. Aspek kolaboratif dari teknik ini memungkinkan mahasiswa untuk lebih banyak berinteraksi, dan belajar cara alternative untuk memecahkan masalah.
2. Mahasiswa mengindikasikan bahwa mereka belajar dan lebih banyak belajar di dalam proses.
3. Teknik peneliaian memungkinkan mahasiswa untuk mengidentifikasi kesalahan miskonsepsinya, dan langsung mendapatkan koreksinya.
4. Mahasiswa suka pada fakta bahwa hal ini berbeda dengan ujian tradisional
5. Mereka juga percaya bahwa kesempatan untuk bekerja bersama, dan secara pribadi menjelaskan solusinya adalah gambaran pengalaman kata-kata nyata, dan mereka menyukainya.