Paparan Akademik Dosen PMat: Pengembangan Skala Kuesioner
Yogyakarta, 5 Maret 2025. Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika (PMat) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan Paparan Akademik Dosen. Bertempat di Ruang Dosen PMat lantai 7 Gedung Utama Kampus 4 UAD, Anggit Prabowo, M.Pd., menjadi pemateri dengan membawa tema “Pengembangan Skala Kuesioner: Lima atau Empat Kategori Respons?”. Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk sharing ilmu dan pengalaman ke sesama dosen. Tujuannya agar dosen PMat bisa lebih mengembangkan kualitas pembelajaran di kelas. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Dr. Puguh Wahyu Prasetyo S.Si., M.Sc beserta segenap dosen PMat hadir dalam paparan akademik kali ini.
Baca juga: Paparan Akademik Dosen PMat UAD: Pembelajaran dengan AR
Pengembangan Skala Kuesioner: Empat atau Lima Kategori Respons?
Skala kuesioner berguna untuk mengukur sikap, persepsi, atau pendapat responden terhadap suatu fenomena. Salah satu aspek penting dalam penyusunan skala adalah jumlah kategori respons yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat atau lima kategori. Selanjutnya, perbedaan skala empat dan lima kategori antara lain:
Skala Empat
- 4 pilihan (tanpa opsi netral)
- Contoh skala Likert: Sangat Tidak Setuju – Tidak Setuju – Setuju – Sangat Setuju
- Keunggulannya memaksa responden untuk memilih sikap positif atau negatif (menghindari respons netral)
- Memiliki kelemahan berisiko menghasilkan data yang bias jika responden sebenarnya ingin memilih netral
Skala Lima
- 5 pilihan (termasuk opsi netral)
- Contoh skala Likert: Sangat Tidak Setuju – Tidak Setuju – Netral – Setuju – Sangat Setuju
- Keunggulannya lebih fleksibel dan memberikan pilihan bagi responden yang benar-benar netral
- Memiliki kelemahan adanya opsi netral bisa menyebabkan beberapa responden memilihnya secara default tanpa refleksi mendalam
Dosen PMat, Fariz Setyawan, M.Pd. memberikan pendapat berbeda terkait kategori respons dalam skala kuesioner.
“Bagaimana jika menggunakan 2 kategori saja, antara setuju dan tidak setuju. Dengan demikian lebih memberikan ketegasan kepada responden dalam menentukan jawabannya,” kata Fariz Setyawan, M.Pd.
Sementara itu, Drs. Uus Kusdinar, M.Pd. menanggapi pernyataan dari Fariz Setyawan, M.Pd.
“Semua kembali disesuaikan dengan konteks dan tujuan kuesioner. Semua kategori bisa dimaksimalkan dan digunakan dengan baik,” tuturnya.
Tidak ada jawaban mutlak mengenai skala mana yang lebih baik. Pemilihan harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, jenis data yang diinginkan, serta karakteristik responden. Jika ingin memaksa opini lebih eksplisit, gunakan skala empat kategori. Jika ingin memberikan lebih banyak fleksibilitas, gunakan skala lima kategori.
(H.Bintang Wafi)