LESSON STUDY UNTUK MENCIPTAKAN LEARNING COMMUNITY
Guru matematika di era industry 4.0 ini harus selalu meningkatkan kompetensinya agar dapat menyiapkan peserta didik siap dengan kehidupan yang serba cyber. Guru dituntut agar mampu membekali peserta didik dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menyongsong abad 21. Agar kompetensi guru dapat terus berkembang maka perlu ada komunitas belajar guru. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru untuk menjawab tantangan itu Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bantul mengadakan pelatihan Lesson Study untuk Menciptakan Learning Community. Kegiatan ini dilaksanakan melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat yang diusung oleh Dwi Astuti, M.Pd. dan Harina Fitriyani, M.Pd. Pelatihan ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 23 Juli 2019 di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Bantul. Pelatihan ini diikuti oleh 55 guru kelas 4 SD/MI/SLB Muhammadiyah se-Kabupaten Bantul. Kegiatan ini didesain in class pada tanggal 22 dan 25 Juli 2019, dilanjutkan out class atau pendampingan implementasi lesson study sebanyak 2 kali open class dan diakhiri in class untuk evaluasi dan pembahasan rencana tindak lanjut.
“Seorang guru harus mampu menyiapkan peserta didik memiliki critical thinking skills, creative thinking skills, collaborative skills, dan communication skills ditambah dengan kemampuan literasi”, kata Dwi Astuti pada saat pembukaan. Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Bantul, Drs. Kun Purwanto, M.Pd. dalam sambutannya memperkuat bahwa guru harus bisa memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat (Higher Order Thinking Skills). Jangan sampai guru kewalahan menghadapi peserta didik yang kritis dan kreatif. “Untuk dapat meningkatkan kompetensi guru, maka guru dapat melakukan Lesson Study sehingga aktivitas peserta didik dapat diobservasi oleh teman sejawat (observer) untuk memperbaiki proses pembelajaran”, papar Kun Purwanto saat membuka kegiatan pelatihan.
Pelatihan dimulai dengan pemaparan oleh Dwi Astuti, M.Pd. dengan materi tantangan guru di era 4.0 dan abad 21. Menurut Dwi Astuti, guru harus membuka wawasan tidak hanya secara regional dan nasional, tetapi secara global atau internasional. Guru harus menguasai 4 kompetensi: kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Selain itu guru juga harus mengembangkan kompetensinya sesuai standar kompetensi guru ASEAN The Southeast Asian Regional Standards for Mathematics Teachers (SEARS-MT). Ada empat kompetensi yang harus dikuasai guru yaitu Professional Knowledge, Professional Teaching and Learning Process, Personal and Professional Attributes, dan Professional Communities. Guru dapat membangun komunitas di sekolah ataupun luar sekolah untuk meningkatkan kompetensinya. Kolaborasi antar guru dalam sekolah atau antar sekolah perlu dapat dibangun melalui kegiatan Lesson Study.
Materi kedua dipaparkan oleh Harina Fitriyani, M.Pd. Harina menyampaikan materi tentang Paradigma Baru Lesson Study. Dimulai dengan paparannya tentang urgensi Lesson Study, dilanjutkan dengan langkah-langkah dalam pelaksanaan lesson study, komponen yang ada dalam lesson study dan masing-masing perannya. Berdasarkan pengalamannya melaksanakan lesson study di Indonesia, Harina menyampaikan bahwa tak jarang kesan selama menjadi guru model seperti dihakimi. Sehingga membuat guru-guru enggan melaksanakan Lesson Study. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang lesson study terutama terkait dengan peran observer. Fokus pengamatan observer bukan pada evaluasi kinerja guru model, melainkan pada aktivitas belajar siswa. Paradigma baru Lesson Study menekankan pada pembentukan learning community. Adapun filosofi lesson study for learning community (LSLC) yaitu membentuk learning society, long life learning atau life for learning, kolaborasi antar semua komunitas/ learning society serta tidak ada siswa yang tertinggal. Setiap siswa harus diberi kesempatan yang sama untuk belajar. Sehingga kualitas pendidikan akan meningkat. Harina juga menceritakan pengalamannya mengikuti kegiatan Short Term Training on Lesson Study (STOLS) di Jepang Bulan Februari 2019. Harina menyampaikan bahwa beberapa sekolah di Jepang menerapkan aturan bahwa setiap guru sedikitnya melakukan open class sekali dalam setahun. Setiap sekolah yang melaksanakan Lesson Study memiliki sasaran tertentu tiap tahunnya, seperti di SMP Fujikawa yang merumuskan sasaran Lesson study tahun 2018 adalah siswa menikmati pembelajaran dan mampu mengekspresikan pendapatnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan praktik untuk menjadi observer berdasarkan dokumentasi video dan foto pembelajaran matematika di SMP Gondangwetan Malang secara berkelompok. Peserta terlihat antusias berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Hasil pengamatan kemudian disajikan dalam kertas plano dan dipresentasikan dengan gallery work, dan antar kelompok saling mengecek hasil pengamatannya. “Catatan penting ketika menjadi observer adalah pentingnya mencatat hal-hal kecil yang terjadi pada peserta didik”, papar Harina sebagai evaluasi akhir.