Yogyakarta – Bertempat di ruang audit utama gedung D, Lantai 3 Gedung D Universitas Ahmad Dahlan Kampus 3, pada hari rabu 21 Januari 2015, Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD Menyelenggarakan workshop pengembangan kurikulum program studi pendidikan matematika FKIP UAD bersama dengan para stakeholeder, mulai dari kepala kepala sekolah maupun kepala dinas pendidikan yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kurikulum pendidikan matematika yang berdaya saing global dengan mempertimbangkan masukan dari stakeholder atau masyarakat umum.
Acara tepat dimulai pada pukul 09.00, dengan dibuka oleh Wakil dekan FKIP, Dr Suparman M. Si DEA dan dihadiri oleh Kaprodi Pendidikan Matematika, Drs Abdul Taram M. Si dan semua dosen pendidikan matematika. Dalam sambutannya, wakil dekan mengharapkan agar semua hasil yang diperoleh dari workshop ini bisa memberikan masukan tambahan bagi pengembangan kurikulum prode pendidikan matematika, yang mengacu pada kerangka kualifikasi nasional (KKN). Kegiatan ini juga untuk mendukung proses akreditasi program studi pendidikan matematika yang akan berlangsung diawal 2016. Kaprodi pendidikan matematika, dalam sambutannya juga menyampaikan banyak hal mengenai KKNI sebagai acuan pengembangan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia. Beliau menegaskan bahwa berbagai kerjasama global mau tidak mau memaksa Indonesia untuk membenahi sistem pendidikannya agar SDM Indonesia mampu untuk bersaing dengan SDM negara-negara lain di tingkat global. Menyongsong ASEAN Economic Community 2015, salah satu hal yang menjadi fokus pengembangan di Indonesia adalah di sektor pendidikan. Pendidikan harus dilaksanakan secara profesional di lembaga masing-masing dengan standard tertentu yang telah ditetapkan secara nasional. Kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan, misalnya melalui program kerjasama internasional yang sifatnya resiprokal. Bila dibandingkan dengan Negara lain di Asia, tingkat pendidikan SDM di Indonesia masih dapat dikatakan cukup tertinggal karena masih terkonsentrasi di pendidikan menengah dan dasar. Oleh karena itu, Indonesia baru mampu menangani industri menengah ringan saja.
#fhm
galeri foto: